BENTUK DASAR DAN PENGGUNAAN MATERIAL BENTENG TERNATE

Hendra Fauzi, Mustamin Rahim

Sari


Pelestarian dalam bangunan maupun arsitektur perkotaan merupakan salah satu daya tarik bagi sebuah kawasan. Dengan terpeliharanya satu bangunan kuno-bersejarah pada suatu kawasan akan memberikan ikatan kesinambungan yang erat, antara masa kini dan masa lalu. Melihat hal tersebut, maka masa lalu yang diungkapkan dengan keberadaan fisik dari bangunan kuno-bersejarah akan ikut menentukan dan memberikan identitas yang khas bagi suatu kawasan perkotaan di masa mendatang.

Pada tulisan ini akan dibatasi pada 5 (lima) benteng dari 7 (tujuh) benteng yang berada di kota Ternate yaitu benteng Tolokko, benteng Oranje, benteng Kalamata, benteng Santo Pedro, dan benteng Kastela. Hal ini dikarenakan kelima benteng tersebut mempunyai fungsi dan sejarah sebagai benteng pertahanan pada penyerangan tentera Sepanyol. Selain itu, keberadaan data yang ada pada kelima benteng tersebut baik secara leteratur maupun informasi dari masyarakat setempat.

Hasil pembahasan membahas pada bentuk dasar bangunan benteng dan bahan yang digunakan pada kelima benteng yang ada di kota Ternate. Apakah keberadaan benteng yang ada di kota Ternate memiliki kesamaan bentuk dan penggunaan bahan yang merupakan peninggalan dari bangsa Portugis ini. Hal ini cukup menarik karena keberadaan benteng yang berada pada satu daerah dengan bentuk dasar yang tidak sama ataupun dengan bentuk yang sama. Bentuk-bentuk ini tentu memiliki maksud tertentu yang perlu dilakukan penelitian yang mendalam sehingga didapat pemahaman secara menyeluruh.


Teks Lengkap:

29-36

Referensi


Larsen, K.E. 1994. Architectural Preservation in Japan. ICOMOS International Wood Committee. Trondheim: Tapir Publishers.

Marquis-Kyle, P. & Walker, M. 1996. The Illustrated BURRA CHARTER. Making good decisions about the care of important places. Australia: ICOMOS.

Rapoport, A. 1990. History and Precedent in Environmental Design. New York: Plenum Press.

Sidharta & Budihardjo, E. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Besejarah Di Surakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Zancheti, S.M. & Jokilehto, J. 19??. Reflection on Integrated Conservation Planning

Fraassen, CH. F. van, 1987, Ternate, De Moluken En De Indonesische Archipel, Deel I.

Kosasih, Ukke R. 2000. Akses Informasi Benda Cagar Budaya. Suplemen Buletin Cagar Budaya Vol. 1 No. 2, Direktorat Purbakala, Depdiknas, Jakarta.

Kusumohartono, Drs. Bugie. 1993. Metode Penelitian Arkeologi Untuk Eksistensi Sumber Daya Data Kebudayaan Masa Lampau. Artefak. Himpunan Mahasiswa Arkeologi (HIMA). Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sutaba, I Made, dkk (ed). 2002. Manfaat Sumberdaya Arkeologi Untuk Memperkokoh Integrasi Bangsa. Upada Sastra, Denpasar.

Tanudirdjo, Daud Aris. 2000. Reposisi Arkeologi Dalam Era Global. Suplemen Buletin Cagar Budaya Vol. 1 No. 2, Direktorat Purbakala, Depdiknas, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, , Jakarta.

Surat Keputusan Gubernur Maluku Utara No. 462/KEP.B-11/MU/2002 Tentang Perlindungan. Pelestarian dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Yang Tersebar Di Wilayah Provinsi Maluku Utara. Ternate.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.