MODEL HARMONISASI ORANG TIDORE UNTUK PENGUATAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL
Sari
Artikel ini membahas tentang model harmonisasi masyarakat multikultural berbasis identitas lokal Kesultanan Tidore dalam kerangka integrasi antar etnik di Maluku Utara. Dengan latar kebangkitan identitas masyarakat Tidore dalam konteks masa kini, berbagai praktik budaya telah dikembangkan masyarakat dan kesultanan Tidore dalam menguatkan identitas mereka. Komunitas budaya berperan sebagai agen kebangkitan identitas ke-Tidore-an di Maluku Utara. Tahapan dalam merumuskan model yakni melakukan proses pengumpulan, Focus Group Discussion (FGD) bersama stakeholder (informan, komunitas adat, pemerintah dan tokoh masyarakat/agama/pemuda), dan merumuskan model. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa nilai-nilai multikultural menjadi landasan dalam setiap aktivitas individual dan kolektif orang Tidore. Hal ini berlaku dalam sistem kepemimpinan tradisional (sultan dan perangkat kesultanan) dan modern (wali kota dan struktur pemerintahan paling bawah). Nilai-nilai multikulturalisme dalam aspek politik dan organisasi masyarakat Tidore dapat dilihat dalam hal penghargaan pada perbedaan, kesederajatan, persamaan, penghargaan pada demokrasi, hak azasi, dan solidaritas. Lembaga-lembaga politik lokal (formal/modern dan informal/tradisional) menjalankan fungsi dan tugasnya di atas nilai-nilai multikulturalisme tersebut. Model harmonisasi masyarakat multikultural yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan memberikan dukungan untuk regulasi kebijakan sosial yang selanjutnya disampaikan kepada pemerintah dan stakeholders lainnya. Model ini menjadi dasar perubahan dan perbaikan kebijakan sosial terutama berkaitan dengan harmonisasi masyarakat multikultural.
Â
Kata Kunci: Model harmonisasi, Orang Tidore, Multikultur
Teks Lengkap:
PDFDOI: https://doi.org/10.33387/etnohistori.v6i2.1351
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.