The Challenges of Myth Based Coexistence between Christian and Muslim in Kendahe, Sangihe Islands, North Sulawesi Province

Nur Widiyanto

Sari


Paper ini mengeksplorasi sumber bagi kerukunan antarpemeluk agama di
Kendahe, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Teori dari Jayne Seminare
Docherty digunakan untuk menganalisa bagaimana penduduk Kendahe
menjaga tradisi damai di antara pemeluk Kristen dan Islam, melalui dimensi
simbolik dan material simbolik. Dimensi simbolik muncul melalui eksistensi
Mawu, sebutan lokal untuk Tuhan masyarakat Sangihe, yang berperan penting
dalam mitos lokal yang disebut Mitos Maselihe. Pesan utama dari mitos ini
adalah agar menghindari pelanggaran perkawinan sedarah (incest) atau akan
dihukum oleh Mawu. Hal ini membuat penduduk Kendahe membangun sistem
perkawinan tertentu yang akhirnya mendorong seluruh klan/marga terhubung
melalui garis perkawinan. Sedangkan dimensi material yang muncul melalui
alat produksi dalam bidang pertanian dan penangkapan ikan di laut juga
memainkan peran penting untuk mendorong penduduk dari agama berbeda
untuk bertemu dan saling membantu. Akhirnya, pada perkembangan terakhir,
modernitas tak terhindarkan telah membawa beberapa perubahan baik dalam
bentuk positif maupun negatif, khususnya pada generasi muda. Beberapa
perubahan ini secara langsung memberikan tantangan bagi eksistensi kedua
dimensi di atas di Kendahe.


Teks Lengkap:

PDF


DOI: https://doi.org/10.33387/jeh.v1i1.808

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.