Mengenal Wajah Baru Dunia Komunitas Gay di Era Digital
Sari
Pesatnya perkembangan teknologi, khususnya gadget (smartphone) tidak
bisa dihindari secara masif oleh masyarakat. Keberadaannya bisa menjadi
alat rekonstruksi personal di masyarakat. Tidak hanya sebagai alat
komunikasi, tetapisudah jauh melampaui dari fungsi dasar smartphone.
Melalui smartphone pengguna bisa menunjukkan aktivitas dan membangun
identitas sosialnya, baik di dunia nyata maupun virtual. Kondisi semacam ini
tidak hanya terjadi pada masyarakat yang memilih dirinya sebagai
heteroseksual, tetapi juga terjadi pada komunitas marjinal, yaitu komunitas
gay.Smartphone sebagai produk budaya populer dimanfaatkan oleh
komunitas gay sebagai ruang ekspresi identitas. Identitas sebagai gay yang
selama ini dianggap menyimpang dari pilihan seksualitas di masyarakat
mengakibatkan pelaku gay menyembunyikan dirinya. Kehadiran smartphone
bagi komunitas gay menjadi solusi untuk mengeskpresikan diri di dunia
virtual. Komunitas gay mengaku nyaman berada di dunia virtual, karena
ruang virtual sebagai ruang ekspresi ‘tanpa batas’ untuk menyalurkan
orientasi seksualnya.Melalui smartpnone gay bisa menemukan pasangan
seksnya. Larinya pelaku gay dari dunia nyata ke ruang virtual merupakan
akibat dimarginalkannya komunitas gay dalam dunia nyata. Kehadiran
smartphone dimaknai oleh gaymenjadi jalan tengah bagi pelakuuntuk bisa
diterima oleh masyarakat, tetapi tidak mengesampingkan orientasi
seksualnya sebagai homoseksual[gay].Untuk melindungi kebutuhan sosial
dan dasar seksualnya, maka komunitas gay menerapkan strategi dubbing
culture antara dunia nyata dan virtual lewat smartphone.
Teks Lengkap:
PDFDOI: https://doi.org/10.33387/jeh.v3i2.849
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.