SUKU LAUT DI KEPULAUAN RIAU: MEWUJUDKAN MASYARAKAT TERDIDIK DAN SEHAT

Petra Wahyu Utama

Sari


Abstrak

Maritim merupakan jambatan budaya yang berperan sebagai pembina sebuah peradaban. Hubungan antar suku bangsa di wilayah Kepulauan Riau yang telah terjalin sejak lama menghantarkan mereka kepada Tamadun Alam Melayu yang unik yang berciri khas kabaharian. Menurut Tenas Effendy (2006), ketamadunan masyarakat Melayu dituangkan lewat buku Tunjuk Ajar Melayu yang digunakan sebagai pedoman mereka dalam mendidik anak-anaknya, didalamnya terdapat bagian yang berbunyi, “Anakku duduk memangku negeri, baik-baik memeliharakan diri, jangan diubah adat yang bahari, supaya ramai dagang santri”. Ini membuktikan bahwa laut menjadi bagian yang sangat penting dalam upaya mempertahankan eksistensi kebudayaan Melayu itu sendiri. Suku Laut merupakan sebutan untuk menunjukkan orang yang pada hakikatnya hidup, bertempat tinggal dan memiliki habitasi di laut. Suku Laut memiliki beberapa nama lain seperti Suku Pengembara dan Orang Sampan yang hidup berkelompok-kelompok dan membentuk beberapa klan.

 

Abstract

Maritime is a cultural bridge that acts as a builder of a civilization. The relationship between ethnic groups in the Riau Islands region that has been established for a long time has led them to "Tamadun Alam Melayu" a unique maritime characteristics. According to Tenas Effendy (2006), the civilization of the Malay community is expressed through the book Tunjuk Ajar Melayu which is used as their guide in educating their children, in which there is a section that reads, "My son sits on the back of the land, well take care of himself, do not change the customs of the sea, so that there is a lot of trade of students". This proves that the sea is a very important part in the effort to maintain the existence of Malay culture itself. Sea tribe is a term to indicate people who essentially live, live and have habitations in the sea. The Sea Tribe has several other names such as the Wandering Tribe and the Canoe People who live in groups and form several clans.


Teks Lengkap:

17-25

Referensi


Chou, Cynthia. 2009. The Orang Suku Laut of Riau, Indonesia: The Inalienable Gift of Territory. London: Routledge.

Dedi Arman. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/orang-laut-bintan/.

Effendy Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Tanjungpinang: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.

Evawarni. 2005, Kearifan Lokal Adat Orang Laut di Kepulauan Riau. Dokumentasi dan Perpustakaan Balai Kajian Sejarah Tanjung Pinang.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Lapian. A.B. 2009, Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta: Komunitas Bambu.

Lenhart, Lioba. 1997, Orang Suku Laut Ethnicity and Acculturation: Riau in Transition. Published by KITLV: Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies.

Nefri Inge. https://www.melayupedia.com/berita/501/.

Nikolas Panama, https://kepri.antaranews.com/berita/49296/program-puskesmas- terapung-di-kepri-tidak-efektif.

Simanjuntak. https://batam.tribunnews.com/2022/01/18/.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.