BAHASA-BAHASA ETNIS DAN DIALEK BAHASA LOLODA DI LOLODA MALUKU UTARA (Salah Satu Warisan Budaya Takbenda Masyarakat Loloda)
Sari
Bahasa-bahasa etnis dan dialek bahasa Loloda di Loloda merupakan salah satu warisan budaya takbenda (WBTB) yang perlu dilestarikan. Secara umum, artikel ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis aspek pertumbuhan, perubahan, perkembangan, dan keberlanjutan bahasa-bahasa etnis dan dialek bahasa Loloda yang terdapat di Loloda saat ini. Adapun secara khusus, artikel ini ditujukan untuk pelestarian nilai budaya dan kearifan lokal agar berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Halmahera Barat. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode sejarah dengan menggunakan pendekatan konsep difusi dan akulturasi kebudayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Loloda merupakan elaborasi dari rumpun bahasa non-Austronesia yang telah digunakan oleh komunitas awal masyarakat Loloda yang terdiri dari Soa Bakun, Soa Laba, dan Soa Kedi yang diperkirakan sudah ada sebelum abad ke-13 M. Adapun bahasa Galela masuk ke Loloda melalui proses difusi dan akulturasi pada perempatan terakhir abad ke-16 M. Sementara bahasa Tabaru diperkirakan masuk ke Loloda melalui difusi setidak-tidaknya terjadi pada abad ke-19 M, sedangkan bahasa Ternate masuk di Loloda melalui akulturasi pada abad ke-18 M, yang persebarannya digunakan oleh masyarakat yang bermukim di negeri Soa-Sio, Tolofuo, Kahatola, dan sebagian warga masyarakat Baja. Kondisi kebahasaan di Loloda merupakan sebuah realitas sosial yang menjelma dalam wujud kebudayaan sebagai warisan budaya takbenda (WBTB) yang perlu dilestarikan agar terhindar dari ancaman kepunahan.
Kata Kunci: Loloda, kebahasaan, kebudayaan, identitas, pelestarian.
Teks Lengkap:
PDFRefbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.