DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BATANGHARI: RUPA BUMI NAN KAYA SEJARAH

Sri Haryati Putri

Sari


Sungai merupakan rupa bumi di mana peradaban manusia bermula. Maka tidak heran suatu kebudayaan dapat tercipta dan berkembang dari aliran sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari salah satunya. Disebut sebagai sungai terpanjang di Sumatera, menjadikan sungai Batanghari, memiliki fungsi esensial dalam keberlangsungan kehidupan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yang terdiri dari empat tahapan, yakni heuristik (pengumpulan sumber), kritik. interpretasi dan historiografi. Meski tema sungai bukan isu yang seksi dalam penulisan dunia bahari, nyatanya DAS Batanghari tidak kalah pentingnya dalam percaturan sejarah dan kebudayaan, khususnya daerah sepanjang aliran Sungai Batanghari tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bahwa mashyur di masa lalu, sungai Batanghari selain dikenal sebagai jalur perdagangan rempah-rempah juga penghubung utama antara hulu dan hilir wilayah Kesultanan Jambi. Maka, perdagangan yang ada di Jambi tidak bisa lepas dari keberadaan sungai Batanghari. Sekiranya dengan segala kedigdayaan dari masa silam, yang hingga kini masih dapat ditemui jejak peninggalannya, seperti candi Koto Kandis, Muarajambi, Padang Roco, Pulau Sawah, dan Solok Sipin. Oleh karena itu daerah sepanjang aliran sungai Batanghari mengandung kekayaan sejarah yang tiada terkira.

 

Kata Kunci: Sungai, Kaya, Sejarah, Batanghari

 

Abstract

 

The river is a form of the earth where human civilization began. So it is not surprising that a culture can be created and developed from the flow of a river. Batanghari Watershed (DAS) is one of them. Referred to as the longest river in Sumatra, the Batanghari river has an essential function in sustaining life. This study uses the historical method, which consists of four stages, namely heuristics (gathering sources), criticism. interpretation and historiography. Although the theme of the river is not a sexy issue in writing about the maritime world, in fact the Batanghari watershed is no less important in historical and cultural arenas, especially in the area along the Batanghari River. This study aims to reveal that in the past, the Batanghari river, apart from being known as a spice trade route, was also the main link between the upstream and downstream areas of the Jambi Sultanate. So, trade in Jambi cannot be separated from the existence of the Batanghari river. Even with all the greatness of the past, traces of his remains can still be found, such as the Koto Kandis, Muarajambi, Padang Roco, Sawah Island, and Solok Sipin temples. Therefore the area along the Batanghari river contains immeasurable historical riches.

 

Keyword: River, Rich, History, Batanghari


Teks Lengkap:

PDF

Referensi


AB. Lapian. (2008). Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17. Jakarta: Komunitas Bambu.

Abd. Rahman Hamid. (2015). Sejarah Maritim Indonesia. Yogyakarta: Ombak

Anastasia Wiwik Anastasia. (2019). “Kepulauan Riau pada Masa Konfrontasi Indonesia-Malaysia 1962-1966.” Jurnal Abad. 3 (2), hal. 43-44.

Armando Cortesao. ( 2014). Suma Oriental Karya Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina dan Buku Fransisco Rodriques. Yogyakarta: Ombak.

Didik Pradjoko dan Singgih Tri Sulistiyo. (2018). Sejarah Peradaban Maritim: Peradaban Sungai dalam Sejarah Peradaban Maritim di Jambi dan Riau, Jakarta: Direktorat Sejarah Dirjen Kebudayaan Kemdikbud.

Djoko Pramono. (2005). Budaya Bahari. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dedi Arman. (2017). Dari Hulu ke Hilir Batanghari;Aktivitas Perdagangan Lada di Jambi Abad XVI-XVIII. Dirjen Kebudayaan, BPNB Riau, Kemdikbud.

Gusti Asnan. (2016). Sungai dan Sejarah Sumatera. Yogyakarta: Ombak

Helius Sjamsudin. (2012). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Helius Sjamsudin. (2012). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Mestika Zed. (1999). Metodologi Sejarah. Padang: Universitas Negeri Padang.

Meilink Roelofsz. (2016). Perdagangan Asia & Pengaruh Eropa di Nusantara Antara 1500 dan sekitar 1630. Yogjakarta: Penerbit Ombak.

Mohammad Samin Suwardi. (2015). “Kerajaan dan Kesultanan Dunia Melayu: Kasus Sumatra dan Semenanjung Malaysia.” Jurnal Criksetra. 4 (7), hal. 66.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.