PERKEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DAN EKONOMI CENGKEH DI TIDORE, 1975 – 1998 (Perspektif Kajian Sejarah Ekonomi dan Perdagangan)
Sari
Abstract
           The economic activities of four traditional markets whitch began to show progress in Tidore since 1975, along with the emergence of Tidore in North Maluku which was established by the Orde Baru government though a clove nursery and replanting project in the same year in Kalaodi and Jai totaling 35,000 trees. The project is the initial step in the Indonesian government’s efforts to advance the local economy. Through the local agricultural service and then also encouraged by the trade industry department of Central Halmahera Regency regarding the formation of village unit cooperatives in several places in Tidore. Which was then followed by the formation of the Halmahera Jaya Village Unit Cooperative Center by the Central Halmahera District government ini Soasio Tidore, Tidore’s economy begas to show progress until 1998. In that year until now they have three service businesses that are developing in the financial sector (Bank Bobato Lestari), the sea transportation sector (KUD Sadar), and the operational sector heavy equipment (KUD Pelita Hidayah). The three service sectors have quite large capital, white is more than IDR 500 billion.    Â
Keywords: Traditional market, Tidore, Cloves, Economy, and its development.     Â
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Abdul Bahar Andili. 1980. Profil Daerah Maluku Utara dalam E. K. M. Masinambow. et.al., Halmahera dan Raja Ampat Konsep dan Strategi Penelitian. Jakarta: LEKNAS-LIPI.
Agus Salim. 2002. Perubahan Sosial, Sketsa teori dan Refleksi Metodologi, Kasus Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Bahrein T. Sugihen. 1997. Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Baker, James N. 1994. “Ancestral traditions and state categories in Tidorese village society†dalam Leontine E. Visser, ed., Halmahera and Beyond, Leiden: KITLV Press.
Boeke, J. H. 1983. Prakapitalisme di Asia. Terjemahan: D. Projosiswoyo. Jakarta: Intermasa.
_______. dan D. H. Burger. 1973. Ekonomi Dualistis: Dialog Antara Boeke dan Burger. Jakarta: Bhratara.
_______. 1971. Batas-Batas dari Masyarakat Pedesaan Indonesia. Seri Terjemahan Kerjasama LIPI-KITLV. Jakarta: Bhratara.
_______. 1953. Economie van Indonesia, Haarlem: H. D. Tjeenk Willink & Zoon.
Departemen Koperasi. 1987/1988. Pedoman Pelaksanaan Tata Niaga Cengkeh Hasil Produksi Dalam Negeri. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Usaha Koperasi.
_______. 1989/1990. Pedoman Pelaksanaan Tata Niaga Cengkeh Hasil Produksi Dalam Negeri. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Usaha Koperasi.
_______. 1991/1992. Pedoman Pelaksanaan Tata Niaga Cengkeh Hasil Produksi Dalam Negeri Oleh KUD. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Usaha Koperasi.
_______. 1992/1993. Pedoman Pelaksanaan Tata Niaga Cengkeh Hasil Produksi Dalam Negeri Oleh KUD. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Usaha Koperasi.
Dibyo Prabowo. 1995. Diversifikasi Pedesaan. Jakarta: Center for Policy and Implementation Studies.
Djoko Suryo. 1989. Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang 1830-1900. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Studi Sosial Universitas Gadjah Mada.
Eisenstadt, S. N. 1966. Modernization: Protest and Change, Jerusalem: The Hebrew University.
Geertz, Clifford. 1976. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Terjemahan: S. Supomo. Jakarta: Bhratara.
¬¬_______. 1977. Penjaja dan Raja: Perubahan Sosial dan Modernisasi Ekonomi di Dua Kota Indonesia. Terjemahan: S. Supomo, Jakarta: Gramedia.
Handojo Adi Pranowo. 1985. Manusia dan Hutan: Proses Perubahan Ekologi di Lereng Gunung Merapi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hoopes, James. 1979. Oral History, An Introduction for Students. North Carolina: The University of North Carolina Press.
Koentjaraningrat. 1964. Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kota Tidore Kepulauan Dalam Angka 2007/2008. Tidore: Badan Pusat Statistik.
Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
_______. et.al. 1986. Prospek Pedesaan 1986. Yogyakarta: Pusat Penelitian Pengembangan Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada.
Landsberger, Henry A. dan Yu. G. Alexandrov. 1981. Pergolakan Petani dan Perubahan Sosial. Terjemahan: Aswab Mahasin. Jakarta: Rajawali.
Malassis, Louis. 1981. Dunia Pedesaan: Pendidikan dan Perkembangan. Terjemahan: Subrata Yudasubrata. Jakarta: Gunung Agung.
Mestika Zed. 2002. Ekonomi Dualistis Palembang pada Periode Kolonial Akhir dalam Fondasi Historis Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM – Pustaka Pelajar.
Mochamad Tauchid. 2007. Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia. Yogyakarta: Tjakrawala.
M. Gade Ismail. 2002. Ekonomi Dualistis Aceh Selama Periode Kolonial Akhir dalam Fondasi Historis Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM – Pustaka Pelajar.
Mubyarto. 1996. Ekonomi Pertanian dan Pedesaan, Kumpulan Makalah. Yogyakarta: Aditya Media.
_______. dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.
Noer Fauzi. 1999. Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraris Indonesia. Yogyakarta: Insist, KPA, Pustaka Pelajar.
Peny, D. H. 1984. Pekarangan, Petani dan Kemiskinan: Suatu Studi tentang Sifat dan Hakikat Masyarakat Tani di Sriharjo Pedesaan Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poppy Savitri., (ed). 1991. Pengendalian Sosial Tradisional Daerah Maluku. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Sajogyo. et.al. 1982. Ekologi Pedesaan, Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Rajawali.
Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, et.al. 1991. Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.
Scott, James C. 1981. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES.
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.