MODEL PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS BUDAYA LOKAL MELALUI PRAKTIK PENGAJARAN MATA PELAJARAN AGAMA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA TERNATE
Sari
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan model pendidikan multikultural di Kota Ternate berbasis budaya lokal. Dengan menelusuri persiapan dan praktik pengajaran di sekolah dasar umum/negeri dan swasta (agama Islam dan kristen), nilai-nilai multikultural yang mendukung tumbuhnya sikap toleransi, kebersamaan, dan harmonisasi, menuju masyarakat kosmopolitan, dapat diidentifikasi dan dipahami. Budaya lokal yang berasal dari kebudayaan dan masyarakat Ternate juga diungkapkan dan diuraikan keterkaitannya dengan pendidikan agama di sekolah dan praktiknya di dalam masyarakat pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan di Kota Ternate dengan menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian mencakup sekolah dasar (SD) di Kota Ternate. Masing-masing sebanyak satu SD Negeri (Umum), dan masing-masing satu sekolah swasta yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam dan agama Kristen. Informan sebanyak 16 orang meliputi kalangan guru agama/kepala sekolah, siswa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama Islam dan Kristen. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan studi dokumen (literature study). Secara akademik, upaya mengungkap dan menjelaskan faktor sosiobudaya dalam proses pengajaran agama di sekolah diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan keilmuan bidang sosiobudaya. Secara praktis, pengungkapan dan pemahaman terhadap gejala yang diteliti ini berkontribusi bagi pengelolaan masyarakat multikultural dan pelestarian budaya berdasarkan kearifan lokal masyarakat Ternate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pengajaran mata pelajaran agama pada SD di Kota Ternate dilakukan berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dalam praktiknya, guru agama atau pihak sekolah, selain mengacu kepada kurikulum nasional, guru atau pihak sekolah juga menambahkan mata pelajaran lain dalam bentuk ekstrakurikuler. Interaksi antara guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar ruangan kelas, berlangsung intensif. Nilai-nilai budaya lokal dari kebudayaan masyarakat Ternate tampaknya telah dipraktikkan, meski masih perlu digalakkan lagi dan secara formal diintroduksi melalui pelajaran Muatan Lokal.
Â
Kata Kunci :Islam, Toleransi, Eksklusivisme Agama, Multikultural, Kearifan Lokal
Teks Lengkap:
PDFDOI: https://doi.org/10.33387/etnohistori.v6i2.2430
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.