Bentuk pertumbuhan dan persentase luas tutupan terumbu karang di perairan pantai Kalagheng Kepulauan Sangihe
Sari
Terumbu karang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Pantai Kalagheng merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya
perairan yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bentuk pertumbuhan (life form) dan persentase luas tutupan terumbu
karang di perairan Pantai Kalagheng untuk mendukung pengelolaan dan pengembangan
wilayah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Line Intercept
Transect (LIT) dengan mengukur persentase tutupan karang berdasarkan jenis life form
yang ditemukan. Persentase tutupan yaitu persentase luas area yang ditutupi oleh karang.
Persentase tutupan diperoleh dengan mengukur panjang koloni karang yang dilewati garis
transek. Jumlah panjang koloni karang hidup sepanjang garis transek dibagi dengan
panjang transek x 100 memberikan nilai persentase tutupan (%). pengamatan dilakukan
pada 2 kedalaman yang berbeda, yaitu kedalaman 3 meter dan 5 meter yang mewakili
daerah reef flat (datar) dan daerah reef slope surut terendah. Hasil penelitian
menunjukkan berbagai bentuk pertumbuhan karang yang ditemukan dalam penelitian ini
yaitu; Acropora Branching (ACB), Acropora Submassive (ACS), Coral Branching (CB),
Coral Massive (CM), Coral Foliose (CF), dan Soft Coral (SC). Hasil analisis data yang
diperoleh melalui metode Line Intercept Transect (LIT) menunjukkan bahwa persentase
luas tutupan Dead Coral (DC) lebih tinggi dibandingkan dengan karang hidup di perairan
ini. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001,
kondisi terumbu karang di wilayah penelitian dikategorikan dalam status "Kerusakan
Sedang". Temuan ini mengindikasikan bahwa ekosistem terumbu karang di Pantai
Kalagheng mengalami tekanan lingkungan yang signifikan baik dari faktor alami maupun
antropogenik, yang berkontribusi terhadap degradasi ekosistem terumbu karang.
Kata kunci: Terumbu karang, life form, line intercept transect, tutupan karang
Teks Lengkap:
1162-1172Referensi
Barus, B. S., Prartono, T., & Soedarma, D. (2018). Pengaruh lingkungan terhadap bentuk
pertumbuhan terumbu karang di perairan teluk lampung. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis, 10(3), 699-709.
English, S., Wilkinson, C., & Baker, V. (1997). Survey manual for tropical marine
resources. Townsville.Australia.
Hadi, T. A., & Giyanto, B. P. (2018). Terumbu Karang Indonesia 2018. https://
www.researchgate.net/profile/Tri-Hadi-2/
Manlea, H., Ledheng, L., & Sama, Y. M. (2016). Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan
Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Wini Kelurahan Humusu C Kecamatan
Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara. Bio-Edu: Jurnal Pendidikan
Biologi, 1(2), 21-23.
Puryono, S. (2016). Mengelola laut untuk kesejahteraan rakyat. Gramedia Pustaka
Utama.
Suharsono. 2010. Jenis-jenis Karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia. P3O-
LIPI. Jakarta. 13 hlm.
Suryanti, S., Supriharyono, S., & Roslinawati, Y. (2011). The depth influence to the
morphology and abundance of corals at Cemara Kecil Island, Karimunjawa
National Park. Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science and
Technology, 7(1), 63-69.
Silalahi, D. R., Ngangi, E. L., & Undap, S. L. (2015). Kelayakan Lokasi untuk
Pengembangan Budi Daya Karang Hias di Teluk Talengen Kabupaten Kepulauan
Sangihe. E-Journal Budidaya Perairan, 3(1).
Souter, D., Planes, S., Wicquart, J., Logan, M., Obura, D., & Staub, F. (2021). Status of
coral reefs of the world: 2020: executive summary.
https://bvearmb.do/bitstream/handle/123456789/3190/Status%20of%20Coral%20
Reefs%20of%20the%20World%202020%20-%20ExecutiveSummary.pdf?sequence=1
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2001). Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 2001 Tentang: Kriteria Baku Kerusakan Terumbu
Karang. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan Hidup, Republik Indonesia.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. (2004). Keputusan menteri Negara lingkungan
hidup no: 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut. Deputi Menteri Lingkungan
Hidup: BidangKebijakan dan Kelembagaan LH Jakarta.
Kusumastuti, A. (2004). Kajian Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Terumbu Karang Di
Perairan Bontang Kuala Dan Alternatif Penanggulangannya (Doctoral
dissertation, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro).
http://eprints.undip.ac.id/11500
Uar, N. D., Murti, S. H., & Hadisusanto, S. (2016). Kerusakan lingkungan akibat aktivitas
manusia pada ekosistem terumbu karang. Majalah Geografi Indonesia, 30(1), 8896.
Urbina Barreto, I., Garnier, R., Elise, S., Pinel, R., Dumas, P., Mahamadaly, V., ... &
Adjeroud, M. (2021). Metode mana untuk tujuan apa? Perbandingan metode transek
garis intersep dan fotogrametri bawah air untuk survei terumbu karang. Frontiers in
Marine Science , 8 , 63 -69 (02).
Taofiqurohman, A. (2013). Penilaian tingkat risiko terumbu karang akibat dampak
aktivitas penangkapan ikan dan wisata bahari di Pulau Biawak, Jawa
Barat. Depik, 2(2).
van Woesik, R., & Done, TJ (1997). Komunitas karang dan pertumbuhan terumbu karang
di Great Barrier Reef selatan. Terumbu Karang, 16, 103-115.
Vatria, B. (2013). Berbagai kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya
degradasi ekosistem pantai serta dampak yang ditimbulkannya.http://repository.polnep.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/151/07belvi.pdf?sequence=1
Wolanski, E., Richmond, RH, & McCook, L. (2004). Model dampak aktivitas manusia
berbasis daratan terhadap kesehatan terumbu karang di Great Barrier Reef dan di
Teluk Fouha, Guam, Mikronesia. Jurnal Sistem Kelautan , 46 (1-4), 133-144.
Wuaten, J. F., Tatontos, Y. V., Palawe, H. J., & Makawaehe, W. (2023). Komposisi jenis
ikan pelagis pada rumpon menetap permukaan di perairan Teluk Talengen,
Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu Kelautan
Kepulauan, 6(1).
DOI: https://doi.org/10.33387/jikk.v7i2.9718
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Diterbitkan oleh :
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun