MATRILINEAL MINANGKABAU: UTOPIA KESETARAAN GENDER BAGI PEREMPUAN

Sri Haryati Putri

Sari


Abstrak

Perempuan selalu menjadi topik yang tidak kunjung usai dibahas, diteliti dan diperbincangkan, tidak terkecuali perempuan Minangkabau. Masyarakat Minangkabau ketika masa pergerakan dan awal-awal kemerdekaan begitu banyak melahirkan tokoh-tokoh terkenal di pentas nasional, baik kaum lelakinya maupun perempuannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat geliat perubahan zaman terasa begitu dinamis, tentu saja hal ini mempengaruhi kehidupan perempuan Minang yang dalam susunan masyarakatnya memiliki peranan yang khas. Kaum perempuan dipanggil dengan sebutan tinggi sebagai Bundo Kanduang yang mewartakan penghargaan kepada kaum ibu atau perempuan hanyalah suatu bentuk kenyataan yang utopis. Budaya matrilineal juga telah mengadopsi praktek-praktek patriarki, bahkan perempuan sendiri menerima keadaan tersebut dan merasa nyaman dengan keadaan tersebut dan “legowo” untuk menerimanya sebagai kodrat bagi seorang perempuan.

 

Kata Kunci: Matrilineal, Minangkabau, Perempuan, Utopia

 

Abstract

Women have always been a subject that never ceases to be discussed, studied, and debated, including Minangkabau women. During the era of national awakening and the early years of independence, Minangkabau society produced many prominent figures on the national stage, both men and women. This research uses historical research methods. The purpose of this study is to examine how the dynamic changes of the times have influenced the lives of Minangkabau women, who occupy a unique role within their societal structure. Women are given an esteemed title, Bundo Kanduang, which symbolizes respect for mothers or women. However, such recognition often remains an idealistic notion rather than a lived reality. Despite the matrilineal system, Minangkabau culture has also adopted patriarchal practices. In fact, women themselves have accepted and felt comfortable with this situation, willingly embracing it as a “natural” fate for women.

 

Keywords: Matrilineal, Minangkabau, Women, Utopia.


Teks Lengkap:

1-16

Referensi


A.A Navis. Pemikiran Minangkabau, Catatan Budaya A.A Navis. Bandung: Angkasa, 2017.

Ali Yusran Datuk Majo Indo, “Adat Minangkabau itu Sunah Adam?” dalam Menggugat Minangkabau, Padang: Andalas University Press, 2006.

Amir MS. Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta: Citra Harta Prima, 2011.

Ampera Salim dan Zulkifli. Minangkabau dalam Catatan Sejarah yang Tercecer. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia, 2005.

Dedi Arsa. “Perempuan Memberontak: Perlawanan Perempuan Minangkabau terhadap Kolonialisme Belanda di Sumatera Barat 1908-1942”. Kafaah Journal. Volume 7, Nomor 1, Januari-Juni 2017, hal.43.

Ema Pratama Agustiningsih. “Pergerakan Perempuan di Minangkabau: Kiprah Rohana Kudus dalam Nasionalisme Tahun 1912-1972”, Titian: Jurnal Ilmu Humaniora. Vol. 03, No. 02, Desember 2019, hlm. 269.

Fitriyanti, Roehana Koeddoes: Perempuan Menguak Dunia. Jakarta: Yayasan d’Nanti, 2013.

Febri Yulika. Epistemologi Minangkabau: Makna Pengetahuan dalam Filsafat Adat Minangkabau. Padang Panjang: Isi Padang Panjang, 2017.

Graves, Elizabeth E. Asal-Usul Elite Minangkabau Modern: Respons terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Hadler, Jeffrey. Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, Dan Kolonialisme di Minangkabau. Jakarta: Freedom Isntitute, 2010.

Hanafi Wibowo, https://geotimes.co.id/opini/asal-usul-matrilinealisme-di-minangkabau/, diakses pada 28 Januari 2020.

Ira Damayanti Putri, Dhea Amelisca dan Sarfia Nengsih, “Pewarisan Menurut Hukum Waris Islam Terhadap Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau”, Jurnal Notaire. Vol. 2 No. 2 Juni 2019, hlm. 198.

Kato, Tsuyoshi. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Loeb, Edwin M. Sumatera, Sejarah dan Masyarakatnya. Yogyakarta: Ombak, 2013.

Musyair Zainuddin. Pelestarian Eksistensi Dinamis Adat Minangkabau. Yogyakarta: Ombak, 2010.

Najmi & Ofianto. “Perjuangan Pendidikan Kartini Vs Rahmah El Yunusiyyah Bagi Perempuan Indonesia: Sebuah Pendekatan Historis dan Kultural”. Jurnal Sejarah dan Budaya. Nomor 1 Juni 2016, hlm. 81.

Nurwani. Perempuan Minangkabau dalam Metafora Kekuasaan. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Rohmatun Lukluk Isnaini. “Ulama Perempuan dan Dedikasinya dalam Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran Rahmah El-Yunusiyah)”. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Volume 4 Nomor 1 Mei 2016, hlm. 13.

Siti Fatimah, “Gender dalam Komunitas Masyarakat Minangkabau; Teori, Praktek dan Ruang Lingkup Kajian”, Jurnal Kafaah. Vol. 2 No.1 (2012), hlm. 12.

Sri Sutjiatiningsih dan Muchtaruddin Ibrahim. Peranan Wanita Indonesia dalam Masa Pengerakan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, 1992.

Susan Blackburn, Kongres perempuan pertama, Tinjauan Ulang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), hlm. Viii.

Welhenri Azwar. Matrilokal dan Status Perempuan dalam Tradisi Bajapuik, Studi Kasus Tentang Perempuan dalam Tradisi Bajapuik. Yogyakarta: Galang Press, 2001.

Zulrahman. “Perempuan Minangkabau dalam Buaian Zaman Orde Baru”, dalam Tanah dan Perempuan dalam Pusaran Konflik. Padang: Minangkabaupress, 2017.


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.