Transformasi Sosiobudaya Orang Makean dalam Birokrasi Provinsi Maluku Utara 2002–2014: Faktor Pendorong dan Implikasinya

Safrudin Amin

Abstract


Masyarakat lokal selain suku Makean menganggap suku Makean melakukan “Makeanisasi” birokrasi pemerintahan daerah. Prasangka etnis semacam ini dapat menimbulkan konflik berbasis etnis dan mengancam keharmonisan sosial di antara kelompok etnis setempat. Beberapa peneliti juga menulis bahwa suku Makean memang kuat dalam menguasai birokrasi pemerintahan daerah. Sayangnya, para peneliti tidak mendukung asumsi mereka dengan data, seperti halnya prasangka yang dipegang oleh masyarakat awam. Pertanyaannya, benarkah suku Makean telah mengendalikan birokrasi pemerintahan daerah? Jika benar, bagaimana suatu kelompok kelas bawah masa lalu dapat mengalami perubahan yang begitu besar sehingga menjadi lebih dominan daripada Ternate, mantan penguasa mereka? Studi ini menggunakan metode kualitatif-etnografi dan analisis dokumen. Artikel ini mendukung argumen bahwa memang ada proses penguatan suku Makean dalam birokrasi pemerintahan sebagai hasil dari transformasi suku Makean. Namun, data kami dari dokumen menunjukkan bahwa penguatan suku Makean di birokrasi tidak secara sederhana berarti suatu “Makeanisasi” birokrasi. Kami mengungkap faktor-faktor sosiokultural yang melatarbelakangi proses transformasi ini, antara lain tradisi kuat migrasi keluar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dan penekanan budaya pada pendidikan dan pergi haji ke Makkah yang memperkuat ketahanan mereka dalam bekerja menuju kesuksesan dan ketahanan dalam pendidikan yang berefek pada kemampuan mereka menempati jabatan-jabatan penting di birokrasi pemerintahan lokal.


References


Ahmad, S. (2012). Politik dan etnik: Studi kasus konflik politik dalam pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Provinsi Maluku Utara tahun 2007 (Disertasi). Universitas Indonesia, Jakarta.

Davidson, J. S., Henley, D., & Moniaga, S. (Eds.). (2010). Adat dalam Politik Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Harrison, L. E. (2000). Culture matters. The National Interest, (60), 55-65.

Huntington, S. P. (2000). Cultures count. Dalam L. E. Harrison & S. P. Huntington (Eds.), Culture matters: How values shape human progress (hlm. [halaman tidak disebutkan]). Basic Books.

Ibrahim, G. A. (2009). Metamorfosa sosial dan kepunahan bahasa. Lepkhair.

Inkeles, A. (1966). Manusia moderen. Dalam M. Weiner (Ed.), Modernisasi: Dinamika pertumbuhan (hlm. [halaman tidak disebutkan]). Voice of America Forum Lectures.

Lauer, R. H. (1978). Perspectives on social change (2nd ed.). Allyn and Bacon.

Lett, J. (1987). The human enterprise: A critical introduction to anthropological theory. Westview Press.

Li, T. M. (2010). Adat di Sulawesi Tengah: Penerapan kontemporer. Dalam J. S. Davidson, D. Henley, & S. Moniaga (Eds.), Adat dalam politik Indonesia (hlm. 367–405). KITLV.

Lucardie, G. R. E. (1980). The Makianese: Preliminary remarks on the anthropological study of a migration-oriented people in the Maluccas. Dalam E. K. M. Masinambow (Ed.), Halmahera dan Raja Ampat: Konsep dan strategi penelitian (hlm. [halaman tidak disebutkan]). Leknas-LIPI.

Lucardie, G. R. E. (1983). The geographical mobility of the Makeanese. Dalam E. K. M. Masinambow (Ed.), Halmahera dan Raja Ampat sebagai kesatuan majemuk (hlm. [halaman tidak disebutkan]). Leknas-LIPI.

Machmud, I. (2013). Kelompok etnis dalam pelukan elite lokal. UMMU Press.

McClelland, D. C. (1977). Dorongan Hati Menuju Modernisasi. Dalam Myron Weyner, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Portes, A. (1976). On the sociology of national development: Theories and issues. American Journal of Sociology, 82(1), 55–85.

Spradley, J. P. (1997). Metode etnografi. Tiara Wacana Yogya.

Sergi, M. (2010). Metamorfosis faksionalisme internal Partai Golkar (Studi tentang faksionalisme internal Partai Golkar Maluku Utara pada Pilkada tahun 2007) (Tesis). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Smith, C. Q. (2009). The contested state and politics of elite continuity in North Maluku, Indonesia (1998–2008) (Disertasi). London School of Economics and Political Science.

Subianto, B. (2009). Ethnic politics and the rise of the Dayak-Bureaucrats in local elections: Pilkada in Six Kabupaten in West Kalimantan. Deepening democracy in Indonesia, 327-351.

Tanasaldy, T. (2007). Politik Identitas Etnis di Kalimantan Barat. Politik lokal di Indonesia, 461-490.

Timmer, J. (2007). Desentralisasi Salah Kaprah dan Politik Elit di Papua dalam Politik Lokal di Indonesia. HS Nordholt dan G. van Klinken. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tryatmoko, M. W. (2005). Pemekaran wilayah dan pertarungan elit lokal di Maluku Utara [Regional expansion and elite struggle in North Maluku]. Masyarakat Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sosial Indonesia, 67-89.

Watuseke, F. S. (1976). West Makian, a language of the North-Halmahera group of the West-Irian phylum. Anthropological Linguistics, 18(6), 274–285.




DOI: https://doi.org/10.33387/tekstual.v23i1.9979

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.